Sabtu, 07 September 2019

Runtuhnya Dinasti Kekuasaan Soeharto Era Masa Orde Baru


BAB I

PENDAHULUAN



A.    Latar Belakang

Krisis moneter yang melanda Thailand pada awal Juli 1997, merupakan permulaan peristiwa yang mengguncang nilai tukar mata uang negara-negara di Asia, seperti Malaysia, Filipina, Korea dan Indonesia. Rupiah yang berada pada posisi nilai tukar Rp.2.500/US$ terus mengalami kemerosotan. Situasi ini mendorong Presiden Soeharto meminta bantuan dari International Monetary Fund (IMF). Persetujuan bantuan IMF dilakukan pada Oktober 1997 dengan syarat pemerintah Indonesia harus melakukan pembaruan kebijakan-kebijakan, terutama kebijakan ekonomi. Diantara syarat-syarat tersebut adalah penghentian subsidi dan penutupan 16 bank swasta. Namun usaha ini tidak menyelesaikan masalah yang dihadapi.

Upaya pemerintah untuk menguatkan nilai tukar rupiah, melalui Bank Indonesia dengan melakukan intervensi pasar tidak mampu membendung nilai tukar rupiah yang terus merosot. Nilai tukar rupiah yang berada di posisi Rp.4000/US$ pada Oktober terus melemah menjadi sekitar Rp.17.000/US$ pada bulan Januari 1998. Kondisi ini berdampak pada jatuhnya bursa saham Jakarta, bangkrutnya perusahaan-perusahaan besar di Indonesia yang menyebabkan terjadinya pemutusan hubungan kerja (PHK) secara besarbesaran.

Kondisi ini membuat Presiden Soeharto menerima proposal reformasi IMF pada tanggal 15 Januari 1998 dengan ditandatanganinya Letter of Intent (Nota Kesepakatan) antara Presiden Soeharto dan Direktur Pelaksana IMF Michele Camdesius. Namun, kemudian Presiden Soeharto menyatakan bahwa paket IMF yang ditandatanganinya membawa Indonesia pada sistem ekonomi liberal. Hal ini menyiratkan bahwa pemerintah Indonesia tidak akan melaksanakan perjanjian IMF yang berisi 50 butir kesepakatan tersebut. Situasi tarik menarik antara pemerintah dan IMF itu menyebabkan krisis ekonomi semakin memburuk.

Pada saat krisis semakin dalam, muncul ketegangan-ketegangan sosial dalam masyarakat. Pada bulan-bulan awal 1998 di sejumlah kota terjadi kerusuhan anti Cina. Kelompok ini menjadi sasaran kemarahan masyarakat karena mereka mendominasi perekonomian di Indonesia. Krisis ini pun semakin menjalar dalam bentuk gejolak-gejolak non ekonomi lainnya yang membawa pengaruh terhadap proses perubahan selanjutnya.

Sementara itu, sesuai dengan hasil Pemilu ke-6 yang diselenggarakan pada tanggal 29 Mei 1997, Golkar memperoleh suara 74,5 persen, PPP 22,4 persen, dan PDI 3 persen. Setelah pelaksanaan pemilu tersebut perhatian tercurah pada Sidang Umum MPR yang dilaksanakan pada Maret 1998. Sidang umum MPR ini akan memilih presiden dan wakil presiden. Sidang umum tersebut kemudian menetapkan kembali Soeharto sebagai presiden untuk masa jabatan lima tahun yang ketujuh kalinya dengan B.J. Habibie sebagai wakil presiden.

Dalam beberapa minggu setelah terpilihnya kembali Soeharto sebagai Presiden RI, kekuatan-kekuatan oposisi yang sejak lama dibatasi mulai muncul ke permukaan. Meningkatnya kecaman terhadap Presiden Soeharto terus meningkat yang ditandai lahirnya gerakan mahasiswa sejak awal 1998. Gerakan mahasiswa yang mulai mengkristal di kampus-kampus, seperti ITB, UI dan lain-lain semakin meningkat intensitasnya sejak terpilihnya Soeharto.

Demonstrasi-demonstrasi mahasiswa berskala besar di seluruh Indonesia melibatkan pula para staf akademis maupun pimpinan universitas. Garis besar tuntutan mahasiswa dalam aksi-aksinya di kampus di berbagai kota, yaitu tuntutan penurunan harga sembako (sembilan bahan pokok), penghapusan monopoli, kolusi, korupsi dan nepotisme (KKN) serta suksesi kepemimpinan nasional.

Aksi-aksi mahasiswa yang tidak mendapatkan tanggapan dari pemerintah menyebabkan para mahasiswa di berbagai kota mulai mengadakan aksi hingga keluar kampus. Maraknya aksi-aksi mahasiswa yang sering berlanjut menjadi bentrokan dengan aparat kemanan membuat Menhankam/Pangab, Jenderal Wiranto, mencoba meredamnya dengan menawarkan dialog. Dari dialog tersebut diharapkan komunikasi antara pemerintah dan masyarakat kembali terbuka. Namun mahasiswa menganggap bahwa dialog dengan pemerintah tidak efektif karena tuntutan pokok mereka adalah reformasi politik dan ekonomi pengunduran diri Presiden Soeharto. Menurut mahasiswa, mitra dialog yang paling efektif adalah lembaga kepresidenan dan MPR.

Di tengah maraknya aksi protes mahasiswa dan komponen masyarakat lainnya, pada tanggal 4 Mei 1998 pemerintah mengeluarkan kebijakan menaikkan harga BBM dan tarif dasar listrik. Kebijakan yang diambil pemerintah bertentangan dengan tuntutan yang berkembang saat itu. Sehingga naiknya harga BBM dan tarif dasar listrik semakin memicu gerakan massa, karena kebijakan tersebut berdampak pula pada naiknya biaya angkutan dan barang kebutuhan lainnya.

Dalam kondisi negara yang sedang mengalami krisis, Presiden Soeharto, Pada 9 Mei 1998, berangkat ke Kairo (Mesir) untuk menghadiri Konferensi G 15. Di dalam pesawat menjelang keberangkatannya Presiden Soeharto meminta masyarakat tenang dan memahami kenaikan harga BBM. Selain itu, ia menyerukan kepada lawan–lawan politiknya bahwa pasukan keamanan akan menangani dengan tegas setiap gangguan yang muncul. Meskipun demikian kerusuhan tetap tidak dapat dipadamkan dan gelombang protes dari berbagai kalangan komponen masyarakat terus berlangsung.

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik mengangkat masalah tersebut dengan judul, “Runtuhnya Dinasti Kekuasaan Soeharto pada Masa Orde Baru”. Dalam makalah ini, penulis akan memaparkan kronologi jatuhnya pemerintahan orde baru, sehingga penyebab dan dampak dapat dianalisis oleh pembaca.



B.     Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis memiliki rumusan masalah sebagai berikut:

1.      Apa  penyebab jatuhnya pemerintahan orde baru?

2.      Apa faktor utama yang menyebabkan pecahnya kerusuhan 1998?

3.      Apa dampak jatuhnya pemerintahan orde baru bagi Indonesia?



C.    Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, penulis memiliki tujuan penulisan sebagai berikut:

1.      Mendeskripsikan penyebab jatuhnya pemerintahan orde baru.

2.      Mengidentifikasi faktor utama yang menyebabkan pecahnya kerusuhan 1998

3.      Mengetahui dampak jatuhnya pemerintahan orde baru bagi Indonesia.



D.    Manfaat Penelitian

1.      Menambah wawasan tentang runtuhnya orde baru

2.      Mengetahui asal mula masa pemerintahan reformasi

3.      Mengetahui kronologi jatuhnya pemerintahan Soeharto

4.      Mengetahui penyebab runtuhnya masa orde baru

5.      Mengetahui peran mahasiswa dalam runtuhnya orde baru dan pelaksanaan awal masa reformasi

6.      Meningkatkan rasa nasionalisme dan patriotisme

7.      Mengenang jaja-jasa pahlawan dengan tidak melupakan sejarah.



E.     Metodologi Penelitian

Metode yang penulis gunakan yaitu metode penelitian historis, yang bertujuan membuat rekunstruksi masa lampau secara sistematis dan objektif dengan cara mengumpulkan, mengevaluasi, memverfikasi, serta mensintesiskan bukti-bukti untuk menegakkan fakta dan memperoleh kesimpulan yang kuat dan akurat.






BAB II

PEMBAHASAN



A.    Kronologi Jatuhnya Masa Orde Baru

Reformasi adalah gerakan untuk mengubah bentuk atau perilaku suatu tatanan, karena tatanan tersebut tidak lagi disukai atau tidak sesuai dengan kebutuhan zaman, baik karena tidak efisien maupun tidak bersih dan tidak demokratis. “Reformasi atau mati”. Demikian tuntutan yang torehkan oleh para aktivis mahasiswa pada spanduk-spanduk yang terpampang di kampus mereka, atau yang mereka teriakan saat melakukan aksi protes melalui kegiatan unjuk rasa pada akhir April 1998. Tuntutan tersebut menggambarkan sebuah titik kulminasi dari gerakan aksi protes yang tumbuh di lingkungan kampus secara nasional sejak awal tahun 1998. Gerakan ini bertujuan untuk melakukan tekanan agar pemerintah mengadakan perubahan politik yang berarti, melalui pelaksanaan reformasi secara total.

Berikut adalah kronologi jatuhnya masa pemerintahan orde baru menuju masa reformasi:

1.
22 Januari
Rupiah melemah terhadap dollar AS, nilai mata uang rupiah menembus angka 17.000 per dollar
2.
12 Februari
Presiden Soeharto, mengangkat Wiranto menjadi panglima ABRI (Angkatan Bersenjata Republik Indonesia)
3.
10 Maret
Soeharto kembali terpilih menjadi presiden
4.
04 Mei
Harga bahan bakar melonjak 71% .
5.
09 Mei
Presiden soehato berangkat ke mesir untuk menghadiri pertemuan Negara-negara berkembang G-15
6.
12 Mei
Tragedi trisakti
7.
13 Mei – 14 Mei
Kerusuhan masa yang terjadi di Jakarta dan Solo
8.
18 Mei
Mahasiswa menduduki gedung MPR
9.
19 Mei
Presiden Soeharto berbicara di TVRI, ia menyatakan tidak akan mengundurkan diri, tetapi akan segera mengadakan perubahan kabinet, akan membentuk komite reformasi, dan segera mengadakan pemilu. Beberapa tokoh agama dan tokoh masyarakat bertemu dengan presiden soeharto.
10.
20 Mei
Amien Rais membatalkan rencana demontrasi besar-besaran di Monas karena dijaga ketat. Demonstrasi besar lainya juga terjadi di Yogyakarta termasuk sri Sultan Hamengkubuwono IX, Surakarta, dan Bandung.
11.
21 Mei
Soeharto meletakkan jabatan



1.      Melemahnya Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar AS

Penyebab utama runtuhnya kekuasaan Orde Baru adalah adanya krisis moneter tahun 1997. Sejak tahun 1997 kondisi ekonomi Indonesia terus memburuk seiring dengan krisis keuangan yang melanda Asia. Keadaan terus memburuk. KKN semakin merajalela, sementara kemiskinan rakyat terus meningkat. Terjadinya ketimpangan sosial yang sangat mencolok menyebabkan munculnya kerusuhan sosial. Muncul demonstrasi yang digerakkan oleh mahasiswa. Tuntutan utama kaum demonstran adalah perbaikan ekonomi dan reformasi total.

2.      Pengangkatan Wiranto sebagai Panglima ABRI

Di tengah badai krisis ekonomi dan tensi politik yang mendidih, Soeharto mengangkat Wiranto menjadi Panglima ABRI pada 15 Februari 1998. Dia dituding sebagai orang yang paling bertanggungjawab atas kerusuhan 13-14 Mei 1998. Komisi Nasional Hak Asasi Manusia pernah memanggilnya untuk menjelaskan tragedi itu. Tapi Wirantanto membantah, “Semua orang tahu bagaimana peran saya saat 1998. Jika saya salah bertindak, Indonesia sudah hancur berkeping-keping.” Dia juga membela diri lewat bukunya Bersaksi di Tengah Badai.

3.      Terpilihnya Kembali Soeharto menjadi Presiden

Dalam siding umum MPR bulan Maret 1998. Jendral Purnawirawan Soeharto kembali terpilih sebagai presiden dan B.J Habibie terpilih sebagai wakil presiden.Terpilihnya kembali Soeharto sebagai presiden RI mendapat Reaksi keras dari masyarakat. Kabinet Pembangunan VII yang di bentuk setelah sidang MPR bulan Maret 1998 di anggap masih bercirikan
korupsi,kolusi,dan nepotisme (KKN). Berbagai tekanan dan kritik terhadap kepemimpinan Soeharto makin meluas terutama di lakukan oleh para mahasiswa dan kalangan intelektual. Larangan mengkritik dan mengontrol pemerintah menyebabkan terjadinya berbagai penculikan terhadap aktivis demokrasi,terutama dari kalangan mahasuswa dan swadaya masyarakat (LSM).

4.      Kenaikan Harga Bahan Bakar Minyak

Mahasiswa di Medan, Bandung dan Yogyakarta menyambut kenaikan harga bahan bakar minyak (2 Mei 1998) dengan demonstrasi besar-besaran. Demonstrasi itu berubah menjad kerusuhan saat para demonstran terlibat bentrok dengan petugas keamanan. Di Universitas Pasundan Bandung, misalnya, 16 mahasiswa luka akibat bentrokan tersebut.

5.      Keberangkatan Soeharto ke Kairo, Mesir

Soeharto berangkat ke Kairo, Mesir untuk menghadiri pertemuan KTT G -15. Ini merupakan lawatan terakhirnya keluar negeri sebagai Presiden RI.

6.      Tragedi Trisakti

Tragedi Trisakti adalah peristiwa penembakan, pada 12 Mei 1998, terhadap mahasiswa pada saat demonstrasi menuntut Soeharto turun dari jabatannya. Kejadian ini menewaskan empat mahasiswa Universitas Trisakti di JakartaIndonesia serta puluhan lainnya luka.

Mereka yang tewas adalah Elang Mulia LesmanaHeri HertantoHafidin Royan, dan Hendriawan Sie. Mereka tewas tertembak di dalam kampus, terkena peluru tajam di tempat-tempat vital seperti kepala, leher, dan dada.

7.      Kerusuhan Masa di Jakarta dan Solo

Kerusuhan-kerusuhan  massal yang terjadi menjalar ke Jakarta dan kota lain seperti Solo, Yogyakarta dan Surabaya. Di Jakarta, kerusuhan pecah tanggal 13 Mei 1998 dimana terjadi kerusuhan massal dan penjarahan sehingga kegiatan masyarakat mengalami kelumpuhan. Dalam peristiwa itu, puluhan toko dibakar dan isinya dijarah, bahkan ratusan orang mati terbakar. Satu hari setelah tragedi Kampus Trisaksi yang menewaskan empat mahasiswa. Tragedi Trisakti sendiri kemudian dikenang sebagai pelecut semangat para aktivis mahasiswa di seluruh tanah air. Sementara empat mahasiswa yang tewas dalam sebuah serbuan aparat ke dalam kampus Universitas Trisakti itu, diberi gelar pahlawan reformasi oleh para mahasiswa.

8.      Pendudukan Gedung MPR oleh Mahasiswa

Pukul 15.20 WIB, Ketua MPR yang juga ketua Partai GolkarHarmoko di Gedung DPR, yang dipenuhi ribuan mahasiswa, dengan suara tegas menyatakan, demi persatuan dan kesatuan bangsa, pimpinan DPR, baik Ketua maupun para Wakil Ketua, mengharapkan Presiden Soeharto mengundurkan diri secara arif dan bijaksana. Harmoko saat itu didampingi seluruh Wakil Ketua DPR, yakni Ismail Hasan MetareumSyarwan Hamid,Abdul Gafur, dan Fatimah Achmad.

Pukul 21.30 WIB, empat orang menko (Menteri Koordinator) diterima Presiden Soeharto di Cendana untuk melaporkan perkembangan. Mereka juga berniat menggunakan kesempatan itu untuk menyarankan agar Kabinet Pembangunan VII dibubarkan saja, bukan di-reshuffle. Tujuannya, agar mereka yang tidak terpilih lagi dalam kabinet reformasi tidak terlalu “malu”. Namun, niat itu tampaknya sudah diketahui oleh Presiden Soeharto. Ia langsung mengatakan, “Urusan kabinet adalah urusan saya.” Akibatnya, usul agar kabinet dibubarkan tidak jadi disampaikan. Pembicaraan beralih pada soal-soal yang berkembang di masyarakat.

Pukul 23.00 WIB Menhankam/Panglima ABRI Jenderal TNI Wiranto mengemukakan, ABRI menganggap pernyataan pimpinan DPR agar Presiden Soeharto mengundurkan diri itu merupakan sikap dan pendapat individual, meskipun pernyataan itu disampaikan secara kolektif. Wiranto mengusulkan pembentukan “Dewan Reformasi”.

Gelombang pertama mahasiswa dari FKSMJ dan Forum Kota memasuki halaman danmenginap di Gedung DPR/MPR.

9.      Pernyataan Soeharto di TVRI

Pada tanggal 19 Mei 1998, Presiden soeharto berbicara di TVRI, ia menyatakan tidak akan mengundurkan diri, tetapi kan segera mengadakan perubahan kainet, akan membentuk komite reformasi, dan segera mengadakan pemilu. Presiden Soeharto mengundang sejumlah tokoh dan pemuka agama ke Istana Presiden. Diantaranya Nurcholis Majid, KH. Abdurrahman Wahid, Malik Fajar, Emha Ainun Najib dan Yusril Ihza Mahendra. Soeharto mmenawarkan pembentukan Komite Reformasi sebagai langkah mengatasi situasi saai itu dan menyahuti tuntutan mahasiswa. Ia juga berjanji akan melakukan reshufle kabinet. Namun keinginan itu mendapat penolakan dari para tokoh itu.

Saat yang sama, sebanyak 14 orang pembantu setia Soeharto di kabinet pembangunan VII mengajukan pengunduran diri kepada Presiden. Diantaranya Akbar Tanjung, Hendro Priyono, Kuntoro Mangkusubroto dan Tanri Abeng. Di tempat lain, Ketua MPR Harmoko yang dulunya merupakan orang kepercayaan Soeharto, kembali mengeluarkan himbauannya agar Soeharto mundur dari jabatannya pada 22 Mei atau akan dilengserkan oleh MPR.

10.  Pembatalan Demonstrasi di Monas oleh Amien Rais

Amien Rais membatalkan rencana demontrasi besar-besaran di monas karena dijaga ketat. Demonstrasi besar lainya juga terjadi di yogyakarta termasuk sri sultan hamengkubuwono IX, surakarta, dan bandung.

11.  Pengunduran Diri Seoharto sebagai Presiden

Pukul 01.30 WIB, Ketua Umum Pengurus Pusat Muhammadiyah Amien Rais dan cende-kiawan Nurcholish Madjid (almarhum) pagi dini hari menyatakan, “Selamat tinggal peme-rintahan lama dan selamat datang pemerintahan baru”.

Pukul 9.00 WIB, Soeharto mengumumkan pengunduran dirinya pada pukul 9.00 WIB. Soeharto kemudian mengucapkan terima kasih dan mohon maaf kepada seluruh rakyat dan meninggalkan halaman Istana Merdeka didampingi ajudannya, Kolonel (Kav) Issantoso dan Kolonel (Pol) Sutanto (kemudian menjadi Kepala Polri). Mercedes hitam yang ditumpanginya tak lagi bernomor polisi B-1, tetapi B 2044 AR.

Wakil Presiden B.J. Habibie menjadi presiden baru Indonesia.

  Jenderal Wiranto mengatakan ABRI akan tetap melindungi presiden dan mantan-mantan presiden, “ABRI akan tetap menjaga keselamatan dan kehormatan para mantan presiden/mandataris MPR, termasuk mantan Presiden Soeharto beserta keluarga.”

Terjadi perdebatan tentang proses transisi ini. Yusril Ihza Mahendra, salah satu yang pertama mengatakan bahwa proses pengalihan kekuasaan adalah sah dan konstitusional.



B.     Demonstrasi Mahasiswa

Aksi-aksi demonstrasi yang dipelopori oleh mahasiswa dan kaum cendekiawan mulai melontarkan adanya reformasi. Adapun tuntutan-tuntutan yang disampaikan oleh para demonstran pada saat itu antara lain:

1.      Turunnya harga sembako (sembilan bahan pokok).

2.      Penghapusan korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN).

3.      Turunnya Soeharto dari kursi kepresldenan.

Gerakan reformasi yang dipelopori oleh kalangan mahasiswa dan cendekiawan tersebut akhirnya semakin mendapat simpati dari berbagai lapisan masyarakat yang di antaranya dari ulama, tokoh-tokoh agama lainnya, para purnawirawan ABRI, tokoh-tokoh partal dan kelompok-kelompok oposisi.

Sejak bulan Feburari 1998 demonstrasi mahasiswa di kampus semakin meluas di berbagai kota di Jawa dan iuar Jawa. Demonstrasi mahasiswa terjadi di kota-kota seperti Jakarta, Bogor, Bandung, Yogyakarta, Solo, Surabaya, Denpasar, Makasar, Manado, Bandar Lampung, Palembang, Padang, dan Medan. Demonstrasi menuntut adanya reformasi total.



C.    Kronologi Kerusuhan Medan

Aksi unjuk rasa yang dikumandangkan setiap hari di berbagai kota besar Indonesia sudah mendekati titik puncaknya. Masyarakat sudah tidak dapat menahan emosi dan rasionalitas lagi. Dalam keadaan seperti ini masyarakat akan sangat mudah untuk dipengaruhi dan diajak melakukan tindakan yang tidak terpuji. Mereka kehilangan kesabaran karena harus menunggu sangat lama reaksi dari wakil rakyat atas kehendak mereka yang disuarakan oleh mahasiswa. Mereka sangat yakin dan selalu mendukung mahasiswa, sayangnya tidak dengan wakil rakyat.

Mahasiswa Medan sangat aktif dan terus reaktif atas tindakan pasif wakil rakyat yang tidak mendegar suara mereka. Padahal mereka melakukan aksi hampir setiap hari dan sudah turun ke jalan bersama masyarakat untuk menuntut Reformasi di segala bidang. Keberhasilan mahasiswa Medan turun ke jalan menyampaikan aspirasinya bergabung dengan masyarakat memiliki efek samping. Masyarakat Medan terlanjur tak terkendali dan mulai melakukan keonaran.

Medan merupakan kota besar pertama yang dilanda kerusuhan besar berkaitan dengan Reformasi. Mulai dari hari Senin tanggal 4 Mei 1998 pecah kerusuhan sampai hari Kamis 7 Mei 1998. Pembakaran, perusakan dan penjarahan terhadap toko-toko, bank, pasar, dan kendaraan terjadi selama beberapa hari. Tampaknya mahasiswa tidak mampu mengendalikan perusuh, tidak juga aparat keamanan.

Kerusuhan ini menjalar terus sampai keluar kota Medan seperti Lubuk Pakam Kabupaten Derli Serdang dan kota-kota kecil lainnya di sekitar Medan. Kerusuhan masih terus berlanjut walau dalam skala lebih kecil pada hari Kamisnya juga. 

Dampak dari kerusuhan adalah lumpuhnya perekonomian kota Medan dan sekitarnya. Penduduk Medan keturunan Cina juga pergi meninggalkan kota karena merasa keamanan mereka tidak terjamin, walau ada juga yang tinggal untuk melindungi harta benda mereka supaya tidak dijarah. Selama beberapa hari masyarakat kesulitan mendapat bahan makanan pokok.



D.    Kronologi Tragedi Trisakti

Ekonomi Indonesia mulai goyah pada awal 1998, yang terpengaruh oleh krisis finansial Asia. Mahasiswa pun melakukan aksi demonstrasi besar-besaran ke gedung DPR/MPR, termasuk mahasiswa Universitas Trisakti.

Mereka melakukan aksi damai dari kampus Trisakti menuju gedung DPR/MPR pada pukul 12.30. Namun aksi mereka dihambat oleh blokade dari Polri--militer datang kemudian. Beberapa mahasiswa mencoba bernegosiasi dengan pihak Polri.

Akhirnya, pada pukul 17.15 para mahasiswa bergerak mundur, diikuti bergerak majunya aparat keamanan. Aparat keamanan pun mulai menembakkan peluru ke arah mahasiswa. Para mahasiswa panik dan bercerai berai, sebagian besar berlindung di universitas Trisakti. Namun aparat keamanan terus melakukan penembakan. Korban pun berjatuhan, dan dilarikan ke RS Sumber Waras.

Satuan pengamanan yang berada di lokasi pada saat itu adalah Brigade Mobil Kepolisian RI, Batalyon Kavaleri 9, Batalyon Infanteri 203, Artileri Pertahanan Udara Kostrad,Batalyon Infanteri 202Pasukan Anti Huru Hara Kodam seta Pasukan Bermotor. Mereka dilengkapi dengan tameng, gas air mataStyer, dan SS-1.

Pada pukul 20.00 dipastikan empat orang mahasiswa tewas tertembak dan satu orang dalam keadaan kritis. Meskipun pihak aparat keamanan membantah telah menggunakanpeluru tajam, hasil otopsi menunjukkan kematian disebabkan peluru tajam.

Berikut adalah kronologi tragedi Trisakti secara runtut:

a.       10.30 -10.45

Aksi damai civitas akademika Universitas Trisakti yang bertempat di pelataran parkir depan gedung M (Gedung Syarif Thayeb) dimulai dengan pengumpulan segenap civitas Trisakti yang terdiri dari mahasiswa, dosen, pejabat fakultas dan universitas serta karyawan. Berjumlah sekitar 6000 orang di depan mimbar.

b.      10.45-11.00

Aksi mimbar bebas dimulai dengan diawali acara penurunan bendera setengah tiang yang diiringi lagu Indonesia Raya yang dikumandangkan bersama oleh peserta mimbar bebas, kemudian dilanjutkanmengheningkan cipta sejenak sebagai tanda keprihatinan terhadap kondisi bangsa dan rakyat Indonesia sekarang ini.

c.       11.00-12.25

Aksi orasi serta mimbar bebas dilaksanakan dengan para pembicara baik dari dosen, karyawan maupun mahasiswa. Aksi/acara tersebut terus berjalan dengan baik dan lancar.

d.      12.25-12.30

Massa mulai memanas yang dipicu oleh kehadiran beberapa anggota aparat keamanan tepat di atas lokasi mimbar bebas (jalan layang) dan menuntut untuk turun (long march) ke jalan dengan tujuan menyampaikan aspirasinya ke anggota MPR/DPR. Kemudian massa menuju ke pintu gerbang arah Jl. Jend. S. Parman.

e.       12.30-12.40

Satgas mulai siaga penuh (berkonsentrasi dan melapis barisan depan pintu gerbang) dan mengatur massa untuk tertib dan berbaris serta memberikan himbauan untuk tetap tertib pada saat turun ke jalan.

f.        12.40-12.50

Pintu gerbang dibuka dan massa mulai berjalan keluar secara perlahan menuju Gedung MPR/DPR melewati kampus Untar.

g.      12.50-13.00

Long march mahasiswa terhadang tepat di depan pintu masuk kantor Walikota Jakarta Barat oleh barikade aparat dari kepolisian dengan tameng dan pentungan yang terdiri dua lapis barisan.

h.      13.00-13.20

Barisan satgas terdepan menahan massa, sementara beberapa wakil mahasiswa (Senat Mahasiswa Universitas Trisakti) melakukan negoisasi dengan pimpinan komando aparat (Dandim Jakarta Barat, Letkol (Inf) A Amril, dan Wakapolres Jakarta Barat). Sementara negoisasi berlangsung, massa terus berkeinginan untuk terus maju. Di lain pihak massa yang terus tertahan tak dapat dihadang oleh barisan satgas samping bergerak maju dari jalur sebelah kanan. Selain itu pula masyarakat mulai bergabung di samping long march.

i.        13.20-13.30

Tim negoisasi kembali dan menjelaskan hasil negoisasi di mana long marchtidak diperbolehkan dengan alasan oleh kemungkinan terjadinya kemacetan lalu lintas dan dapat menimbulkan kerusakan. Mahasiswa kecewa karena mereka merasa aksinya tersebut merupakan aksi damai. Massa terus mendesak untuk maju. Dilain pihak pada saat yang hampir bersamaan datang tambahan aparat Pengendalian Massa (Dal-Mas) sejumlah 4 truk.

j.        13.30-14.00

Massa duduk. Lalu dilakukan aksi mimbar bebas spontan di jalan. Aksi damai mahasiswa berlangsung di depan bekas kantor Wali Kota Jakbar. Situasi tenang tanpa ketegangan antara aparat dan mahasiswa. Sementara rekan mahasiswi membagikan bunga mawar kepada barisan aparat. Sementara itu pula datang tambahan aparat dari Kodam Jaya dan satuan kepolisian lainnya.

k.      14.00-16.45

Negoisasi terus dilanjutkan dengan komandan (Dandim dan Kapolres) dengan pula dicari terobosan untuk menghubungi MPR/DPR. Sementara mimbar terus berjalan dengan diselingi pula teriakan yel-yel maupun nyanyian-nyanyian. Walaupun hujan turun massa tetap tak bergeming. Yang terjadi akhirnya hanya saling diam dan saling tunggu. Sedikit demi sedikit massa mulai berkurang dan menuju ke kampus.

Polisi memasang police line. Mahasiswa berjarak sekitar 15 meter dari garis tersebut.

l.        16.45-16.55

Wakil mahasiswa mengumumkan hasil negoisasi di mana hasil kesepakatan adalah baik aparat dan mahasiswa sama-sama mundur. Awalnya massa menolak tapi setelah dibujuk oleh Bapak Dekan FE dan Dekan FH Usakti,Adi Andojo SH, serta ketua SMUT massa mau bergerak mundur.

m.    16.55-17.00

Diadakan pembicaraan dengan aparat yang mengusulkan mahasiswa agar kembali ke dalam kampus. Mahasiswa bergerak masuk kampus dengan tenang. Mahasiswa menuntut agar pasukan yang berdiri berjajar mundur terlebih dahulu. Kapolres dan Dandim Jakbar memenuhi keinginan mahasiswa. Kapolres menyatakan rasa terima kasih karena mahasiswa sudah tertib. Mahasiswa kemudian membubarkan diri secara perlahan-lahan dan tertib ke kampus. Saat itu hujan turun dengan deras.

Mahasiswa bergerak mundur secara perlahan demikian pula aparat. Namun tiba-tiba seorang oknum yang bernama Mashud yang mengaku sebagai alumni (sebenarnya tidak tamat) berteriak dengan mengeluarkan kata-kata kasar dan kotor ke arah massa. Hal ini memancing massa untuk bergerak karena oknum tersebut dikira salah seorang anggota aparat yang menyamar.

n.      17.00-17.05

Oknum tersebut dikejar massa dan lari menuju barisan aparat sehingga massa mengejar ke barisan aparat tersebut. Hal ini menimbulkan ketegangan antara aparat dan massa mahasiswa. Pada saat petugas satgas, ketua SMUT serta Kepala kamtibpus Trisakti menahan massa dan meminta massa untuk mundur dan massa dapat dikendalikan untuk tenang. Kemudian Kepala Kamtibpus mengadakan negoisasi kembali dengan Dandim serta Kapolres agar masing-masing baik massa mahasiswa maupun aparat untuk sama-sama mundur.

o.      17.05-18.30

Ketika massa bergerak untuk mundur kembali ke dalam kampus, di antara barisan aparat ada yang meledek dan mentertawakan serta mengucapkan kata-kata kotor pada mahasiswa sehingga sebagian massa mahasiswa kembali berbalik arah. Tiga orang mahasiswa sempat terpancing dan bermaksud menyerang aparat keamanan tetapi dapat diredam oleh satgas mahasiswa Usakti.

Pada saat yang bersamaan barisan dari aparat langsung menyerang massa mahasiswa dengan tembakan dan pelemparan gas air mata sehingga massa mahasiswa panik dan berlarian menuju kampus. Pada saat kepanikan tersebut terjadi, aparat melakukan penembakan yang membabi buta, pelemparan gas air mata dihampir setiap sisi jalan, pemukulan dengan pentungan dan popor, penendangan dan penginjakkan, serta pelecehan seksual terhadap para mahasiswi. Termasuk Ketua SMUT yang berada di antara aparat dan massa mahasiswa tertembak oleh dua peluru karet dipinggang sebelah kanan.

Kemudian datang pasukan bermotor dengan memakai perlengkapan rompi yang bertuliskan URC mengejar mahasiswa sampai ke pintu gerbang kampus dan sebagian naik ke jembatan layang Grogol. Sementara aparat yang lainnya sambil lari mengejar massa mahasiswa, juga menangkap dan menganiaya beberapa mahasiswa dan mahasiswi lalu membiarkan begitu saja mahasiswa dan mahasiswi tergeletak di tengah jalan. Aksi penyerbuan aparat terus dilakukan dengan melepaskan tembakkan yang terarah ke depan gerbang Trisakti. Sementara aparat yang berada di atas jembatan layang mengarahkan tembakannya ke arah mahasiswa yang berlarian di dalam kampus.

Lalu sebagian aparat yang ada di bawah menyerbu dan merapat ke pintu gerbang dan membuat formasi siap menembak dua baris (jongkok dan berdiri) lalu menembak ke arah mahasiswa yang ada di dalam kampus. Dengan tembakan yang terarah tersebut mengakibatkan jatuhnya korban baik luka maupun meninggal dunia. Yang meninggal dunia seketika di dalam kampus tiga orang dan satu orang lainnya di rumah sakit beberapa orang dalam kondisi kritis. Sementara korban luka-luka dan jatuh akibat tembakan ada lima belas orang. Yang luka tersebut memerlukan perawatan intensif di rumah sakit.

Aparat terus menembaki dari luar. Puluhan gas air mata juga dilemparkan ke dalam kampus.

p.      18.30-19.00

Tembakan dari aparat mulai mereda, rekan-rekan mahasiswa mulai membantu mengevakuasi korban yang ditempatkan di beberapa tempat yang berbeda-beda menuju RS.

q.      19.00-19.30

Rekan mahasiswa kembali panik karena terlihat ada beberapa aparat berpakaian gelap di sekitar hutan (parkir utama) dan sniper (penembak jitu) di atas gedung yang masih dibangun. Mahasiswa berlarian kembali ke dalam ruang kuliah maupun ruang ormawa ataupun tempat-tempat yang dirasa aman seperti musholla dan dengan segera memadamkan lampu untuk sembunyi.

r.        19.30-20.00

Setelah melihat keadaan sedikit aman, mahasiswa mulai berani untuk keluar adari ruangan. Lalu terjadi dialog dengan Dekan FE untuk diminta kepastian pemulangan mereka ke rumah masing- masing. Terjadi negoisasi antara Dekan FE dengan Kol.Pol.Arthur Damanik, yang hasilnya bahwa mahasiswa dapat pulang dengan syarat pulang dengan cara keluar secara sedikit demi sedikit (per 5 orang). Mahasiswa dijamin akan pulang dengan aman.

s.       20.00-23.25

Walau masih dalam keadaan ketakutan dan trauma melihat rekannya yang jatuh korban, mahasiswa berangsur-angsur pulang.

Yang luka-luka berat segera dilarikan ke RS Sumber Waras. Jumpa pers oleh pimpinan universitas. Anggota Komnas HAM datang ke lokasi

t.        01.30

Jumpa pers Pangdam Jaya Mayjen TNI Sjafrie Sjamsoeddin di MapoldaMetro Jaya. Hadir dalam jumpa pers itu Pangdam Jaya Mayjen TNI Sjafrie Sjamsoeddin, Kapolda Mayjen (Pol) Hamami Nata, Rektor Usakti Prof DrMoedanton Moertedjo, dan dua anggota Komnas HAM AA Baramuli danBambang W Soeharto.



E.     Pengunduran Soeharto sebagai Presiden

Pagi pukul 09.00 WIB, hari Kamis, 21 Mei 1998, di Istana Merdeka berlangsung acara serah terima jabatan presiden. Pada acara itu Presiden Soeharto membacakan pernyataan untuk berhenti dari jabatannya sebagai presiden Republik Indonesia.

Presiden Soeharto mengemukakan alasannya sebagai berikut:

1.      Tidak terbentuknya Komite Reformasi karena tidak adanya tanggapan yang memadai terhadap rencana tersebut.

2.      Dengan tidak terbentuknya Komite Reformasi maka perubahan susunan Kabinet Pembangunan VII tidak diperlukan lagi.

Berdasarkan kedua alasan itulah Presiden Soeharto merasa sulit untuk menjalankan tugas pemerintahan negara dan pembangunan dengan baik sehingga pada akhirnya memutuskan untuk menyatakan berhenti dari jabatannya sebagai presiden sejak saat itu.

Selain itu, Presiden Soeharto juga menyatakan beberapa hal yang berhubungan dengan pemerintah Indonesia.

1.      Sejak saat itu, Kabinet Pembangunan VII demisioner.

2.      Untuk menghindari kekosongan pimpinan dan penyelenggaraan pemerintah negara, wakil presiden akan melaksanakan pengucapan sumpah jabatan presiden di hadapan Mahkamah Agung.

Acara dilanjutkan dengan pembacaan sumpah jabatan dari Baharuddin Jusuf Habibie sebagai presiden. Pengangkatan B.J. Habibie dari jabatan wakil presiden menjadi presiden, tentu menggunakan dasar.

Dasar yang digunakan, yaitu pasal 8 UUD 1945 yang berbunyi ”Bila presiden mangkat, berhenti, atau tidak dapat melakukan kewajibannya, ia digantikan oleh wakil presiden sampai habis waktunya.”






BAB III

PENUTUP



A.    Simpulan

Berdasarkan uraian dan pembahasan permasalahan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa:

1.      Penyebab utama jatuhnya pemerintahan orde baru yaitu adanya krisis moneter tahun 1997. Sejak tahun 1997 kondisi ekonomi Indonesia terus memburuk seiring dengan krisis keuangan yang melanda Asia. Keadaan terus memburuk. KKN semakin merajalela, sementara kemiskinan rakyat terus meningkat. Terjadinya ketimpangan sosial yang sangat mencolok menyebabkan munculnya kerusuhan sosial. Muncul demonstrasi yang digerakkan oleh mahasiswa.

2.      Aksi-aksi demonstrasi yang dipelopori oleh mahasiswa dan kaum cendekiawan mulai melontarkan adanya reformasi. Adapun tuntutan-tuntutan yang disampaikan oleh para demonstran pada saat itu antara lain:

a.       Turunnya harga sembako (sembilan bahan pokok).

b.      Penghapusan korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN).

c.       Turunnya Soeharto dari kursi kepresldenan.

3.      Dampak jatuhnya pemerintahan orde baru bagi Indonesia adalah berakhirnya era Orde Baru selama 32 tahun, dan Indonesia memasuki sebuah era baru yang kemudian dikenal sebagai Masa Reformasi, yang ditandai dengan pelantikan B. J. Habibie sebagai presiden pengganti Soeharto.



B.     Saran

1.      Dengan mempelajari sejarah bangsa kita sendiri, kita rakyat Indonesia khususnya generasi muda, harus mampu meneruskan perjuangan pendahulu-pendahulu kita demi menjaga kesatuan dan persatuan NKRI.




DAFTAR PUSTAKA

Abdurakhman, dkk. 2015. Sejarah Indonesia. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
Citasela, Elisya. 2011. “Kronologi Runtuhnya Orde Baru”. http://citasela.blogspot.co.id/2011/12/kronologi-runtuhnya-orde-baru.html (diakses pada 1 Maret 2017)
_________. 2015. “Kronologi Jatuhnya Pemerintahan Orde Baru”. http://www.berpendidikan.com/2015/10/kronologi-jatuhnya-pemerintahan-orde-baru.html (diakses pada 1 Maret 2017)
_________. 2015. “Kronologis Jatuhnya Pemerintahan Orde Baru”. http://www.katapengertian.com/2015/12/kronologis-jatuhnya-pemerintahan-orde.html (diakses pada 1 Maret 2017)