BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Krisis moneter yang melanda Thailand pada awal Juli
1997, merupakan permulaan peristiwa yang mengguncang nilai tukar mata uang
negara-negara di Asia, seperti Malaysia, Filipina, Korea dan Indonesia. Rupiah
yang berada pada posisi nilai tukar Rp.2.500/US$ terus mengalami kemerosotan.
Situasi ini mendorong Presiden Soeharto meminta bantuan dari International
Monetary Fund (IMF). Persetujuan bantuan IMF dilakukan pada Oktober 1997
dengan syarat pemerintah Indonesia harus melakukan pembaruan
kebijakan-kebijakan, terutama kebijakan ekonomi. Diantara syarat-syarat
tersebut adalah penghentian subsidi dan penutupan 16 bank swasta. Namun usaha
ini tidak menyelesaikan masalah yang dihadapi.
Upaya pemerintah untuk menguatkan nilai tukar rupiah,
melalui Bank Indonesia dengan melakukan intervensi pasar tidak mampu membendung
nilai tukar rupiah yang terus merosot. Nilai tukar rupiah yang berada di posisi
Rp.4000/US$ pada Oktober terus melemah menjadi sekitar Rp.17.000/US$ pada bulan
Januari 1998. Kondisi ini berdampak pada jatuhnya bursa saham Jakarta,
bangkrutnya perusahaan-perusahaan besar di Indonesia yang menyebabkan
terjadinya pemutusan hubungan kerja (PHK) secara besarbesaran.
Kondisi ini membuat Presiden Soeharto menerima
proposal reformasi IMF pada tanggal 15 Januari 1998 dengan ditandatanganinya Letter
of Intent (Nota Kesepakatan) antara Presiden Soeharto dan Direktur
Pelaksana IMF Michele Camdesius. Namun, kemudian Presiden Soeharto menyatakan
bahwa paket IMF yang ditandatanganinya membawa Indonesia pada sistem ekonomi
liberal. Hal ini menyiratkan bahwa pemerintah Indonesia tidak akan melaksanakan
perjanjian IMF yang berisi 50 butir kesepakatan tersebut. Situasi tarik menarik
antara pemerintah dan IMF itu menyebabkan krisis ekonomi semakin memburuk.
Pada saat krisis semakin dalam, muncul
ketegangan-ketegangan sosial dalam masyarakat. Pada bulan-bulan awal 1998 di
sejumlah kota terjadi kerusuhan anti Cina. Kelompok ini menjadi sasaran
kemarahan masyarakat karena mereka mendominasi perekonomian di Indonesia.
Krisis ini pun semakin menjalar dalam bentuk gejolak-gejolak non ekonomi
lainnya yang membawa pengaruh terhadap proses perubahan selanjutnya.
Sementara itu, sesuai dengan hasil Pemilu ke-6 yang
diselenggarakan pada tanggal 29 Mei 1997, Golkar memperoleh suara 74,5 persen,
PPP 22,4 persen, dan PDI 3 persen. Setelah pelaksanaan pemilu tersebut
perhatian tercurah pada Sidang Umum MPR yang dilaksanakan pada Maret 1998.
Sidang umum MPR ini akan memilih presiden dan wakil presiden. Sidang umum
tersebut kemudian menetapkan kembali Soeharto sebagai presiden untuk masa
jabatan lima tahun yang ketujuh kalinya dengan B.J. Habibie sebagai wakil
presiden.
Dalam beberapa minggu setelah terpilihnya kembali
Soeharto sebagai Presiden RI, kekuatan-kekuatan oposisi yang sejak lama dibatasi
mulai muncul ke permukaan. Meningkatnya kecaman terhadap Presiden Soeharto
terus meningkat yang ditandai lahirnya gerakan mahasiswa sejak awal 1998.
Gerakan mahasiswa yang mulai mengkristal di kampus-kampus, seperti ITB, UI dan
lain-lain semakin meningkat intensitasnya sejak terpilihnya Soeharto.
Demonstrasi-demonstrasi mahasiswa berskala besar di
seluruh Indonesia melibatkan pula para staf akademis maupun pimpinan
universitas. Garis besar tuntutan mahasiswa dalam aksi-aksinya di kampus di
berbagai kota, yaitu tuntutan penurunan harga sembako (sembilan bahan pokok),
penghapusan monopoli, kolusi, korupsi dan nepotisme (KKN) serta suksesi
kepemimpinan nasional.
Aksi-aksi mahasiswa yang tidak mendapatkan tanggapan
dari pemerintah menyebabkan para mahasiswa di berbagai kota mulai mengadakan
aksi hingga keluar kampus. Maraknya aksi-aksi mahasiswa yang sering berlanjut
menjadi bentrokan dengan aparat kemanan membuat Menhankam/Pangab, Jenderal
Wiranto, mencoba meredamnya dengan menawarkan dialog. Dari dialog tersebut
diharapkan komunikasi antara pemerintah dan masyarakat kembali terbuka. Namun
mahasiswa menganggap bahwa dialog dengan pemerintah tidak efektif karena
tuntutan pokok mereka adalah reformasi politik dan ekonomi pengunduran diri
Presiden Soeharto. Menurut mahasiswa, mitra dialog yang paling efektif adalah
lembaga kepresidenan dan MPR.
Di tengah maraknya aksi protes mahasiswa dan komponen
masyarakat lainnya, pada tanggal 4 Mei 1998 pemerintah mengeluarkan kebijakan
menaikkan harga BBM dan tarif dasar listrik. Kebijakan yang diambil pemerintah
bertentangan dengan tuntutan yang berkembang saat itu. Sehingga naiknya harga
BBM dan tarif dasar listrik semakin memicu gerakan massa, karena kebijakan
tersebut berdampak pula pada naiknya biaya angkutan dan barang kebutuhan
lainnya.
Dalam kondisi negara yang sedang mengalami krisis,
Presiden Soeharto, Pada 9 Mei 1998, berangkat ke Kairo (Mesir) untuk menghadiri
Konferensi G 15. Di dalam pesawat menjelang keberangkatannya Presiden Soeharto
meminta masyarakat tenang dan memahami kenaikan harga BBM. Selain itu, ia
menyerukan kepada lawan–lawan politiknya bahwa pasukan keamanan akan menangani
dengan tegas setiap gangguan yang muncul. Meskipun demikian kerusuhan tetap
tidak dapat dipadamkan dan gelombang protes dari berbagai kalangan komponen
masyarakat terus berlangsung.
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik
mengangkat masalah tersebut dengan judul, “Runtuhnya
Dinasti Kekuasaan Soeharto pada Masa Orde Baru”. Dalam makalah ini, penulis
akan memaparkan kronologi jatuhnya pemerintahan orde baru, sehingga penyebab
dan dampak dapat dianalisis oleh pembaca.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis memiliki
rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa penyebab jatuhnya pemerintahan orde baru?
2. Apa
faktor utama yang menyebabkan pecahnya kerusuhan 1998?
3. Apa
dampak jatuhnya pemerintahan orde baru bagi Indonesia?
C.
Tujuan
Penelitian
Berdasarkan rumusan
masalah di atas, penulis memiliki tujuan penulisan sebagai berikut:
1. Mendeskripsikan
penyebab jatuhnya pemerintahan orde baru.
2. Mengidentifikasi
faktor utama yang menyebabkan pecahnya kerusuhan 1998
3. Mengetahui
dampak jatuhnya pemerintahan orde baru bagi Indonesia.
D.
Manfaat
Penelitian
1. Menambah
wawasan tentang runtuhnya orde baru
2. Mengetahui
asal mula masa pemerintahan reformasi
3. Mengetahui
kronologi jatuhnya pemerintahan Soeharto
4. Mengetahui
penyebab runtuhnya masa orde baru
5. Mengetahui
peran mahasiswa dalam runtuhnya orde baru dan pelaksanaan awal masa reformasi
6. Meningkatkan
rasa nasionalisme dan patriotisme
7. Mengenang
jaja-jasa pahlawan dengan tidak melupakan sejarah.
E.
Metodologi
Penelitian
Metode
yang penulis gunakan yaitu metode penelitian historis, yang bertujuan membuat rekunstruksi masa lampau secara
sistematis dan objektif dengan cara mengumpulkan, mengevaluasi, memverfikasi,
serta mensintesiskan bukti-bukti untuk menegakkan fakta dan memperoleh
kesimpulan yang kuat dan akurat.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Kronologi
Jatuhnya Masa Orde Baru
Reformasi adalah gerakan untuk mengubah bentuk atau
perilaku suatu tatanan, karena tatanan tersebut tidak lagi disukai atau tidak
sesuai dengan kebutuhan zaman, baik karena tidak efisien maupun tidak bersih
dan tidak demokratis. “Reformasi atau mati”. Demikian tuntutan yang torehkan
oleh para aktivis mahasiswa pada spanduk-spanduk yang terpampang di kampus
mereka, atau yang mereka teriakan saat melakukan aksi protes melalui kegiatan
unjuk rasa pada akhir April 1998. Tuntutan tersebut menggambarkan sebuah titik kulminasi
dari gerakan aksi protes yang tumbuh di lingkungan kampus secara nasional sejak
awal tahun 1998. Gerakan ini bertujuan untuk melakukan tekanan agar pemerintah
mengadakan perubahan politik yang berarti, melalui pelaksanaan reformasi secara
total.
Berikut adalah kronologi jatuhnya masa pemerintahan
orde baru menuju masa reformasi:
1.
|
22 Januari
|
Rupiah melemah terhadap dollar AS,
nilai mata uang rupiah menembus angka 17.000 per dollar
|
2.
|
12 Februari
|
Presiden Soeharto, mengangkat
Wiranto menjadi panglima ABRI (Angkatan Bersenjata Republik Indonesia)
|
3.
|
10 Maret
|
Soeharto kembali terpilih menjadi presiden
|
4.
|
04 Mei
|
Harga bahan bakar melonjak 71% .
|
5.
|
09 Mei
|
Presiden soehato berangkat ke mesir untuk menghadiri pertemuan
Negara-negara berkembang G-15
|
6.
|
12 Mei
|
Tragedi trisakti
|
7.
|
13 Mei – 14 Mei
|
Kerusuhan masa yang terjadi di Jakarta dan Solo
|
8.
|
18 Mei
|
Mahasiswa menduduki gedung MPR
|
9.
|
19 Mei
|
Presiden Soeharto berbicara di
TVRI, ia menyatakan tidak akan mengundurkan diri, tetapi akan segera
mengadakan perubahan kabinet, akan membentuk komite reformasi, dan segera
mengadakan pemilu. Beberapa tokoh agama dan tokoh masyarakat bertemu dengan
presiden soeharto.
|
10.
|
20 Mei
|
Amien Rais membatalkan rencana
demontrasi besar-besaran di Monas karena dijaga ketat. Demonstrasi besar
lainya juga terjadi di Yogyakarta termasuk sri Sultan Hamengkubuwono IX,
Surakarta, dan Bandung.
|
11.
|
21 Mei
|
Soeharto meletakkan jabatan
|
1. Melemahnya
Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar AS
Penyebab utama runtuhnya kekuasaan Orde Baru adalah adanya
krisis moneter tahun 1997. Sejak tahun 1997 kondisi ekonomi Indonesia terus
memburuk seiring dengan krisis keuangan yang melanda Asia. Keadaan terus
memburuk. KKN semakin merajalela, sementara kemiskinan rakyat terus meningkat.
Terjadinya ketimpangan sosial yang sangat mencolok menyebabkan munculnya
kerusuhan sosial. Muncul demonstrasi yang digerakkan oleh mahasiswa. Tuntutan
utama kaum demonstran adalah perbaikan ekonomi dan reformasi total.
2. Pengangkatan
Wiranto sebagai Panglima ABRI
Di tengah badai krisis ekonomi dan tensi politik yang
mendidih, Soeharto mengangkat Wiranto menjadi Panglima ABRI pada 15 Februari
1998. Dia dituding sebagai orang yang paling bertanggungjawab atas kerusuhan
13-14 Mei 1998. Komisi Nasional Hak Asasi Manusia pernah memanggilnya untuk
menjelaskan tragedi itu. Tapi Wirantanto membantah, “Semua orang tahu bagaimana
peran saya saat 1998. Jika saya salah bertindak, Indonesia sudah hancur
berkeping-keping.” Dia juga membela diri lewat bukunya Bersaksi di Tengah
Badai.
3. Terpilihnya
Kembali Soeharto menjadi Presiden
Dalam siding umum MPR bulan Maret 1998. Jendral Purnawirawan
Soeharto kembali terpilih sebagai presiden dan B.J Habibie terpilih sebagai
wakil presiden.Terpilihnya kembali Soeharto sebagai presiden RI mendapat Reaksi
keras dari masyarakat. Kabinet Pembangunan VII yang di bentuk setelah sidang
MPR bulan Maret 1998 di anggap masih bercirikan
korupsi,kolusi,dan nepotisme (KKN). Berbagai tekanan dan kritik terhadap kepemimpinan Soeharto makin meluas terutama di lakukan oleh para mahasiswa dan kalangan intelektual. Larangan mengkritik dan mengontrol pemerintah menyebabkan terjadinya berbagai penculikan terhadap aktivis demokrasi,terutama dari kalangan mahasuswa dan swadaya masyarakat (LSM).
korupsi,kolusi,dan nepotisme (KKN). Berbagai tekanan dan kritik terhadap kepemimpinan Soeharto makin meluas terutama di lakukan oleh para mahasiswa dan kalangan intelektual. Larangan mengkritik dan mengontrol pemerintah menyebabkan terjadinya berbagai penculikan terhadap aktivis demokrasi,terutama dari kalangan mahasuswa dan swadaya masyarakat (LSM).
4. Kenaikan
Harga Bahan Bakar Minyak
Mahasiswa di Medan, Bandung dan Yogyakarta menyambut kenaikan
harga bahan bakar minyak (2 Mei 1998) dengan demonstrasi
besar-besaran. Demonstrasi itu berubah menjad kerusuhan saat para demonstran
terlibat bentrok dengan petugas keamanan. Di Universitas Pasundan
Bandung, misalnya, 16 mahasiswa luka akibat bentrokan tersebut.
5. Keberangkatan
Soeharto ke Kairo, Mesir
Soeharto berangkat ke
Kairo, Mesir untuk menghadiri
pertemuan KTT G -15. Ini merupakan lawatan terakhirnya keluar negeri sebagai
Presiden RI.
6. Tragedi
Trisakti
Tragedi
Trisakti adalah peristiwa penembakan, pada 12 Mei 1998, terhadap mahasiswa pada saat demonstrasi menuntut Soeharto turun
dari jabatannya. Kejadian ini menewaskan empat mahasiswa Universitas Trisakti di Jakarta, Indonesia serta
puluhan lainnya luka.
Mereka yang
tewas adalah Elang Mulia Lesmana, Heri Hertanto, Hafidin Royan, dan Hendriawan Sie. Mereka
tewas tertembak di dalam kampus, terkena peluru tajam di tempat-tempat vital
seperti kepala, leher, dan dada.
7. Kerusuhan
Masa di Jakarta dan Solo
Kerusuhan-kerusuhan massal
yang terjadi menjalar ke Jakarta dan kota lain seperti Solo, Yogyakarta dan
Surabaya. Di Jakarta, kerusuhan pecah tanggal 13 Mei 1998 dimana terjadi
kerusuhan massal dan penjarahan sehingga kegiatan masyarakat mengalami
kelumpuhan. Dalam peristiwa itu, puluhan toko dibakar dan isinya dijarah, bahkan
ratusan orang mati terbakar. Satu hari setelah tragedi Kampus Trisaksi yang
menewaskan empat mahasiswa. Tragedi Trisakti sendiri kemudian dikenang sebagai
pelecut semangat para aktivis mahasiswa di seluruh tanah air. Sementara empat
mahasiswa yang tewas dalam sebuah serbuan aparat ke dalam kampus Universitas
Trisakti itu, diberi gelar pahlawan reformasi oleh para mahasiswa.
8. Pendudukan
Gedung MPR oleh Mahasiswa
Pukul 15.20
WIB, Ketua MPR yang
juga ketua Partai Golkar, Harmoko di
Gedung DPR, yang dipenuhi ribuan mahasiswa, dengan suara tegas menyatakan, demi
persatuan dan kesatuan bangsa, pimpinan DPR, baik Ketua maupun para Wakil
Ketua, mengharapkan Presiden Soeharto mengundurkan diri secara arif dan
bijaksana. Harmoko saat itu didampingi seluruh Wakil Ketua DPR, yakni Ismail Hasan
Metareum, Syarwan Hamid,Abdul Gafur, dan Fatimah
Achmad.
Pukul 21.30
WIB, empat orang menko (Menteri Koordinator) diterima Presiden Soeharto di
Cendana untuk melaporkan perkembangan. Mereka juga berniat menggunakan
kesempatan itu untuk menyarankan agar Kabinet Pembangunan VII dibubarkan saja,
bukan di-reshuffle. Tujuannya, agar mereka yang tidak terpilih lagi dalam
kabinet reformasi tidak terlalu “malu”. Namun, niat itu tampaknya sudah
diketahui oleh Presiden Soeharto. Ia langsung mengatakan, “Urusan kabinet
adalah urusan saya.” Akibatnya, usul agar kabinet dibubarkan tidak jadi
disampaikan. Pembicaraan beralih pada soal-soal yang berkembang di masyarakat.
Pukul 23.00
WIB Menhankam/Panglima ABRI Jenderal TNI Wiranto mengemukakan, ABRI menganggap
pernyataan pimpinan DPR agar Presiden Soeharto mengundurkan diri itu merupakan
sikap dan pendapat individual, meskipun pernyataan itu disampaikan secara
kolektif. Wiranto mengusulkan pembentukan “Dewan Reformasi”.
Gelombang
pertama mahasiswa dari FKSMJ dan Forum Kota memasuki
halaman danmenginap di Gedung DPR/MPR.
9. Pernyataan
Soeharto di TVRI
Pada tanggal 19 Mei 1998, Presiden
soeharto berbicara di TVRI, ia menyatakan tidak akan mengundurkan diri, tetapi
kan segera mengadakan perubahan kainet, akan membentuk komite reformasi, dan
segera mengadakan pemilu. Presiden
Soeharto mengundang sejumlah tokoh dan pemuka agama ke Istana Presiden.
Diantaranya Nurcholis Majid, KH. Abdurrahman Wahid, Malik Fajar, Emha Ainun Najib
dan Yusril Ihza Mahendra. Soeharto mmenawarkan pembentukan Komite Reformasi
sebagai langkah mengatasi situasi saai itu dan menyahuti tuntutan mahasiswa. Ia
juga berjanji akan melakukan reshufle kabinet. Namun keinginan itu mendapat
penolakan dari para tokoh itu.
Saat yang sama, sebanyak 14 orang pembantu setia Soeharto di
kabinet pembangunan VII mengajukan pengunduran diri kepada Presiden.
Diantaranya Akbar Tanjung, Hendro Priyono, Kuntoro Mangkusubroto dan Tanri
Abeng. Di tempat lain, Ketua MPR Harmoko yang dulunya merupakan orang
kepercayaan Soeharto, kembali mengeluarkan himbauannya agar Soeharto mundur
dari jabatannya pada 22 Mei atau akan dilengserkan oleh MPR.
10. Pembatalan
Demonstrasi di Monas oleh Amien Rais
Amien Rais membatalkan rencana demontrasi besar-besaran di
monas karena dijaga ketat. Demonstrasi besar lainya juga terjadi di yogyakarta
termasuk sri sultan hamengkubuwono IX, surakarta, dan bandung.
11. Pengunduran
Diri Seoharto sebagai Presiden
Pukul 01.30 WIB, Ketua Umum Pengurus Pusat Muhammadiyah Amien Rais dan
cende-kiawan Nurcholish Madjid (almarhum)
pagi dini hari menyatakan, “Selamat tinggal peme-rintahan lama dan selamat
datang pemerintahan baru”.
Pukul 9.00 WIB, Soeharto
mengumumkan pengunduran dirinya pada pukul 9.00 WIB. Soeharto kemudian
mengucapkan terima kasih dan mohon maaf kepada seluruh rakyat dan meninggalkan
halaman Istana Merdeka didampingi ajudannya, Kolonel (Kav) Issantoso dan
Kolonel (Pol) Sutanto (kemudian menjadi Kepala Polri). Mercedes hitam yang
ditumpanginya tak lagi bernomor polisi B-1, tetapi B 2044 AR.
Jenderal
Wiranto mengatakan ABRI akan tetap melindungi presiden dan mantan-mantan
presiden, “ABRI akan tetap menjaga keselamatan dan kehormatan para mantan
presiden/mandataris MPR, termasuk mantan Presiden Soeharto beserta keluarga.”
Terjadi perdebatan tentang proses transisi ini. Yusril Ihza Mahendra, salah
satu yang pertama mengatakan bahwa proses pengalihan kekuasaan adalah sah dan
konstitusional.
B.
Demonstrasi
Mahasiswa
Aksi-aksi demonstrasi yang dipelopori oleh mahasiswa dan kaum
cendekiawan mulai melontarkan adanya reformasi. Adapun tuntutan-tuntutan yang
disampaikan oleh para demonstran pada saat itu antara lain:
1. Turunnya harga sembako (sembilan bahan pokok).
2. Penghapusan korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN).
3. Turunnya Soeharto dari kursi kepresldenan.
Gerakan reformasi yang dipelopori
oleh kalangan mahasiswa dan cendekiawan tersebut akhirnya semakin mendapat
simpati dari berbagai lapisan masyarakat yang di antaranya dari ulama, tokoh-tokoh
agama lainnya, para purnawirawan ABRI, tokoh-tokoh partal dan kelompok-kelompok
oposisi.
Sejak bulan Feburari 1998 demonstrasi
mahasiswa di kampus semakin meluas di berbagai kota di Jawa dan iuar Jawa.
Demonstrasi mahasiswa terjadi di kota-kota seperti Jakarta, Bogor, Bandung,
Yogyakarta, Solo, Surabaya, Denpasar, Makasar, Manado, Bandar Lampung,
Palembang, Padang, dan Medan. Demonstrasi menuntut adanya reformasi total.
C.
Kronologi Kerusuhan Medan
Aksi unjuk rasa yang dikumandangkan setiap hari di berbagai
kota besar Indonesia sudah mendekati titik puncaknya. Masyarakat sudah tidak
dapat menahan emosi dan rasionalitas lagi. Dalam keadaan seperti ini masyarakat
akan sangat mudah untuk dipengaruhi dan diajak melakukan tindakan yang tidak
terpuji. Mereka kehilangan kesabaran karena harus menunggu sangat lama reaksi
dari wakil rakyat atas kehendak mereka yang disuarakan oleh mahasiswa. Mereka
sangat yakin dan selalu mendukung mahasiswa, sayangnya tidak dengan wakil
rakyat.
Mahasiswa Medan sangat aktif dan
terus reaktif atas tindakan pasif wakil rakyat yang tidak mendegar suara
mereka. Padahal mereka melakukan aksi hampir setiap hari dan sudah turun ke
jalan bersama masyarakat untuk menuntut Reformasi di segala bidang.
Keberhasilan mahasiswa Medan turun ke jalan menyampaikan aspirasinya bergabung
dengan masyarakat memiliki efek samping. Masyarakat Medan terlanjur tak
terkendali dan mulai melakukan keonaran.
Medan merupakan kota besar pertama
yang dilanda kerusuhan besar berkaitan dengan Reformasi. Mulai dari hari Senin
tanggal 4 Mei 1998 pecah kerusuhan sampai hari Kamis 7 Mei 1998. Pembakaran,
perusakan dan penjarahan terhadap toko-toko, bank, pasar, dan kendaraan terjadi
selama beberapa hari. Tampaknya mahasiswa tidak mampu mengendalikan perusuh,
tidak juga aparat keamanan.
Kerusuhan ini menjalar terus sampai
keluar kota Medan seperti Lubuk Pakam Kabupaten Derli Serdang dan kota-kota
kecil lainnya di sekitar Medan. Kerusuhan masih terus berlanjut walau dalam
skala lebih kecil pada hari Kamisnya juga.
Dampak dari kerusuhan adalah
lumpuhnya perekonomian kota Medan dan sekitarnya. Penduduk Medan keturunan Cina
juga pergi meninggalkan kota karena merasa keamanan mereka tidak terjamin,
walau ada juga yang tinggal untuk melindungi harta benda mereka supaya tidak dijarah.
Selama beberapa hari masyarakat kesulitan mendapat bahan makanan pokok.
D.
Kronologi Tragedi Trisakti
Ekonomi Indonesia mulai
goyah pada awal 1998, yang terpengaruh oleh krisis finansial Asia. Mahasiswa pun melakukan aksi demonstrasi
besar-besaran ke gedung DPR/MPR, termasuk
mahasiswa Universitas Trisakti.
Mereka
melakukan aksi damai dari kampus Trisakti menuju gedung DPR/MPR pada
pukul 12.30. Namun aksi mereka dihambat oleh blokade dari Polri--militer datang kemudian. Beberapa
mahasiswa mencoba bernegosiasi dengan pihak Polri.
Akhirnya,
pada pukul 17.15 para mahasiswa bergerak mundur, diikuti bergerak majunya
aparat keamanan. Aparat keamanan pun mulai menembakkan peluru ke arah
mahasiswa. Para mahasiswa panik dan bercerai berai, sebagian besar berlindung
di universitas Trisakti. Namun aparat keamanan terus melakukan penembakan.
Korban pun berjatuhan, dan dilarikan ke RS Sumber Waras.
Satuan
pengamanan yang berada di lokasi pada saat itu adalah Brigade Mobil Kepolisian
RI, Batalyon Kavaleri 9, Batalyon Infanteri 203, Artileri Pertahanan Udara Kostrad,Batalyon Infanteri 202, Pasukan Anti Huru Hara Kodam seta Pasukan Bermotor. Mereka
dilengkapi dengan tameng, gas air mata, Styer, dan SS-1.
Pada pukul
20.00 dipastikan empat orang mahasiswa tewas tertembak dan satu orang dalam
keadaan kritis. Meskipun pihak aparat keamanan membantah telah menggunakanpeluru tajam, hasil
otopsi menunjukkan kematian disebabkan peluru tajam.
Berikut
adalah kronologi tragedi Trisakti secara runtut:
a. 10.30 -10.45
Aksi damai
civitas akademika Universitas Trisakti yang bertempat di pelataran parkir depan
gedung M (Gedung Syarif Thayeb) dimulai dengan pengumpulan segenap civitas
Trisakti yang terdiri dari mahasiswa, dosen, pejabat fakultas dan universitas
serta karyawan. Berjumlah sekitar 6000 orang di depan mimbar.
b. 10.45-11.00
Aksi mimbar bebas dimulai dengan diawali acara
penurunan bendera setengah tiang yang diiringi lagu Indonesia Raya yang
dikumandangkan bersama oleh peserta mimbar bebas, kemudian dilanjutkanmengheningkan cipta sejenak sebagai tanda
keprihatinan terhadap kondisi bangsa dan rakyat Indonesia sekarang ini.
c. 11.00-12.25
Aksi orasi serta mimbar bebas
dilaksanakan dengan para pembicara baik dari dosen, karyawan maupun mahasiswa.
Aksi/acara tersebut terus berjalan dengan baik dan lancar.
d. 12.25-12.30
Massa mulai
memanas yang dipicu oleh kehadiran beberapa anggota aparat keamanan tepat di
atas lokasi mimbar bebas (jalan layang) dan
menuntut untuk turun (long march) ke jalan dengan tujuan menyampaikan
aspirasinya ke anggota MPR/DPR. Kemudian massa menuju ke pintu
gerbang arah Jl. Jend. S. Parman.
e. 12.30-12.40
Satgas mulai siaga penuh
(berkonsentrasi dan melapis barisan depan pintu gerbang) dan mengatur massa
untuk tertib dan berbaris serta memberikan himbauan untuk tetap tertib pada
saat turun ke jalan.
f.
12.40-12.50
Pintu
gerbang dibuka dan massa mulai berjalan keluar secara perlahan menuju Gedung MPR/DPR melewati
kampus Untar.
g. 12.50-13.00
Long march mahasiswa
terhadang tepat di depan pintu masuk kantor Walikota Jakarta Barat oleh barikade
aparat dari kepolisian dengan tameng dan pentungan yang terdiri dua lapis
barisan.
h. 13.00-13.20
Barisan satgas terdepan menahan
massa, sementara beberapa wakil mahasiswa (Senat Mahasiswa Universitas
Trisakti) melakukan negoisasi dengan pimpinan komando aparat (Dandim Jakarta Barat, Letkol
(Inf) A Amril, dan Wakapolres Jakarta Barat). Sementara
negoisasi berlangsung, massa terus berkeinginan untuk terus maju. Di lain pihak
massa yang terus tertahan tak dapat dihadang oleh barisan satgas samping
bergerak maju dari jalur sebelah kanan. Selain itu pula masyarakat mulai
bergabung di samping long march.
i.
13.20-13.30
Tim negoisasi kembali dan
menjelaskan hasil negoisasi di mana long marchtidak diperbolehkan
dengan alasan oleh kemungkinan terjadinya kemacetan lalu lintas dan dapat
menimbulkan kerusakan. Mahasiswa kecewa karena mereka merasa aksinya tersebut
merupakan aksi damai. Massa terus mendesak untuk maju. Dilain pihak pada saat
yang hampir bersamaan datang tambahan aparat Pengendalian Massa (Dal-Mas) sejumlah 4 truk.
j.
13.30-14.00
Massa duduk. Lalu dilakukan aksi
mimbar bebas spontan di jalan. Aksi damai mahasiswa berlangsung di depan bekas
kantor Wali Kota Jakbar. Situasi tenang tanpa ketegangan antara aparat dan
mahasiswa. Sementara rekan mahasiswi membagikan bunga mawar kepada barisan aparat.
Sementara itu pula datang tambahan aparat dari Kodam Jaya dan
satuan kepolisian lainnya.
k. 14.00-16.45
Negoisasi terus dilanjutkan dengan
komandan (Dandim dan Kapolres) dengan pula dicari terobosan untuk menghubungi
MPR/DPR. Sementara mimbar terus berjalan dengan diselingi pula teriakan yel-yel
maupun nyanyian-nyanyian. Walaupun hujan turun massa tetap tak bergeming. Yang
terjadi akhirnya hanya saling diam dan saling tunggu. Sedikit demi sedikit
massa mulai berkurang dan menuju ke kampus.
l.
16.45-16.55
Wakil mahasiswa mengumumkan hasil
negoisasi di mana hasil kesepakatan adalah baik aparat dan mahasiswa sama-sama
mundur. Awalnya massa menolak tapi setelah dibujuk oleh Bapak Dekan FE dan Dekan FH Usakti,Adi Andojo SH, serta ketua SMUT massa mau
bergerak mundur.
m. 16.55-17.00
Diadakan pembicaraan dengan aparat
yang mengusulkan mahasiswa agar kembali ke dalam kampus. Mahasiswa bergerak
masuk kampus dengan tenang. Mahasiswa menuntut agar pasukan yang berdiri
berjajar mundur terlebih dahulu. Kapolres dan Dandim Jakbar memenuhi keinginan
mahasiswa. Kapolres menyatakan rasa terima kasih karena mahasiswa sudah tertib.
Mahasiswa kemudian membubarkan diri secara perlahan-lahan dan tertib ke kampus.
Saat itu hujan turun dengan deras.
Mahasiswa bergerak mundur secara
perlahan demikian pula aparat. Namun tiba-tiba seorang oknum yang bernama Mashud yang mengaku sebagai alumni (sebenarnya tidak tamat)
berteriak dengan mengeluarkan kata-kata kasar dan kotor ke arah massa. Hal ini
memancing massa untuk bergerak karena oknum tersebut dikira salah seorang
anggota aparat yang menyamar.
n. 17.00-17.05
Oknum tersebut dikejar massa dan
lari menuju barisan aparat sehingga massa mengejar ke barisan aparat tersebut.
Hal ini menimbulkan ketegangan antara aparat dan massa mahasiswa. Pada saat
petugas satgas, ketua SMUT serta Kepala kamtibpus Trisakti menahan massa dan
meminta massa untuk mundur dan massa dapat dikendalikan untuk tenang. Kemudian
Kepala Kamtibpus mengadakan negoisasi kembali dengan Dandim serta Kapolres agar
masing-masing baik massa mahasiswa maupun aparat untuk sama-sama mundur.
o. 17.05-18.30
Ketika massa bergerak untuk mundur
kembali ke dalam kampus, di antara barisan aparat ada yang meledek dan
mentertawakan serta mengucapkan kata-kata kotor pada mahasiswa sehingga
sebagian massa mahasiswa kembali berbalik arah. Tiga orang mahasiswa sempat
terpancing dan bermaksud menyerang aparat keamanan tetapi dapat diredam oleh
satgas mahasiswa Usakti.
Pada saat yang bersamaan barisan
dari aparat langsung menyerang massa mahasiswa dengan tembakan dan
pelemparan gas air mata sehingga
massa mahasiswa panik dan berlarian menuju kampus. Pada saat kepanikan tersebut
terjadi, aparat melakukan penembakan yang membabi buta, pelemparan gas air mata
dihampir setiap sisi jalan, pemukulan dengan pentungan dan popor, penendangan
dan penginjakkan, serta pelecehan seksual terhadap para mahasiswi. Termasuk
Ketua SMUT yang berada di antara aparat dan massa mahasiswa tertembak oleh dua
peluru karet dipinggang sebelah kanan.
Kemudian datang pasukan bermotor dengan
memakai perlengkapan rompi yang bertuliskan URC mengejar mahasiswa sampai ke pintu gerbang kampus dan sebagian naik
ke jembatan layang Grogol. Sementara
aparat yang lainnya sambil lari mengejar massa mahasiswa, juga menangkap dan
menganiaya beberapa mahasiswa dan mahasiswi lalu membiarkan begitu saja
mahasiswa dan mahasiswi tergeletak di tengah jalan. Aksi penyerbuan aparat
terus dilakukan dengan melepaskan tembakkan yang terarah ke depan gerbang
Trisakti. Sementara aparat yang berada di atas jembatan layang mengarahkan
tembakannya ke arah mahasiswa yang berlarian di dalam kampus.
Lalu sebagian aparat yang ada di
bawah menyerbu dan merapat ke pintu gerbang dan membuat formasi siap menembak
dua baris (jongkok dan berdiri) lalu menembak ke arah mahasiswa yang ada di
dalam kampus. Dengan tembakan yang terarah tersebut mengakibatkan jatuhnya
korban baik luka maupun meninggal dunia. Yang meninggal dunia seketika di dalam
kampus tiga orang dan satu orang lainnya di rumah sakit beberapa orang dalam
kondisi kritis. Sementara korban luka-luka dan jatuh akibat tembakan ada lima
belas orang. Yang luka tersebut memerlukan perawatan intensif di rumah sakit.
Aparat terus menembaki dari luar.
Puluhan gas air mata juga dilemparkan ke dalam kampus.
p. 18.30-19.00
Tembakan dari aparat mulai mereda,
rekan-rekan mahasiswa mulai membantu mengevakuasi korban yang ditempatkan di
beberapa tempat yang berbeda-beda menuju RS.
q. 19.00-19.30
Rekan mahasiswa kembali panik karena
terlihat ada beberapa aparat berpakaian gelap di sekitar hutan (parkir utama)
dan sniper (penembak
jitu) di atas gedung yang masih dibangun. Mahasiswa berlarian kembali ke dalam
ruang kuliah maupun ruang ormawa ataupun tempat-tempat yang dirasa aman seperti
musholla dan dengan segera memadamkan lampu untuk sembunyi.
r.
19.30-20.00
Setelah melihat keadaan sedikit
aman, mahasiswa mulai berani untuk keluar adari ruangan. Lalu terjadi dialog
dengan Dekan FE untuk diminta kepastian pemulangan mereka ke rumah masing-
masing. Terjadi negoisasi antara Dekan FE dengan Kol.Pol.Arthur Damanik, yang hasilnya bahwa mahasiswa
dapat pulang dengan syarat pulang dengan cara keluar secara sedikit demi
sedikit (per 5 orang). Mahasiswa dijamin akan pulang dengan aman.
s. 20.00-23.25
Walau masih dalam keadaan ketakutan
dan trauma melihat rekannya yang jatuh korban, mahasiswa berangsur-angsur
pulang.
Yang luka-luka berat segera
dilarikan ke RS Sumber Waras. Jumpa pers oleh pimpinan
universitas. Anggota Komnas HAM datang
ke lokasi
t.
01.30
Jumpa pers Pangdam Jaya Mayjen TNI Sjafrie Sjamsoeddin di MapoldaMetro Jaya. Hadir dalam jumpa pers itu Pangdam
Jaya Mayjen TNI Sjafrie Sjamsoeddin, Kapolda Mayjen (Pol) Hamami Nata, Rektor Usakti Prof DrMoedanton Moertedjo, dan dua anggota Komnas HAM AA Baramuli danBambang W Soeharto.
E.
Pengunduran
Soeharto sebagai Presiden
Pagi pukul 09.00 WIB, hari Kamis, 21 Mei 1998, di Istana
Merdeka berlangsung acara serah terima jabatan presiden. Pada acara itu Presiden
Soeharto membacakan pernyataan untuk berhenti dari jabatannya sebagai
presiden Republik Indonesia.
Presiden Soeharto mengemukakan alasannya sebagai berikut:
1.
Tidak terbentuknya Komite
Reformasi karena tidak adanya tanggapan yang memadai terhadap rencana tersebut.
2.
Dengan tidak terbentuknya
Komite Reformasi maka perubahan susunan Kabinet Pembangunan VII tidak
diperlukan lagi.
Berdasarkan kedua
alasan itulah Presiden Soeharto merasa sulit untuk menjalankan tugas
pemerintahan negara dan pembangunan dengan baik sehingga pada akhirnya
memutuskan untuk menyatakan berhenti dari jabatannya
sebagai presiden sejak saat itu.
Selain itu, Presiden
Soeharto juga menyatakan beberapa hal yang berhubungan dengan pemerintah
Indonesia.
1.
Sejak saat itu, Kabinet
Pembangunan VII demisioner.
2.
Untuk menghindari
kekosongan pimpinan dan penyelenggaraan pemerintah negara, wakil presiden akan
melaksanakan pengucapan sumpah jabatan presiden di hadapan Mahkamah Agung.
Acara dilanjutkan
dengan pembacaan sumpah jabatan dari Baharuddin Jusuf Habibie sebagai presiden. Pengangkatan
B.J. Habibie dari
jabatan wakil presiden menjadi presiden, tentu menggunakan dasar.
Dasar yang
digunakan, yaitu pasal 8 UUD 1945 yang berbunyi ”Bila presiden mangkat,
berhenti, atau tidak dapat melakukan kewajibannya, ia digantikan oleh wakil
presiden sampai habis waktunya.”
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
Berdasarkan uraian dan
pembahasan permasalahan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Penyebab utama jatuhnya
pemerintahan orde baru yaitu adanya krisis
moneter tahun 1997. Sejak tahun 1997 kondisi ekonomi Indonesia terus memburuk
seiring dengan krisis keuangan yang melanda Asia. Keadaan terus memburuk. KKN
semakin merajalela, sementara kemiskinan rakyat terus meningkat. Terjadinya
ketimpangan sosial yang sangat mencolok menyebabkan munculnya kerusuhan sosial.
Muncul demonstrasi yang digerakkan oleh mahasiswa.
2. Aksi-aksi demonstrasi yang dipelopori oleh mahasiswa dan kaum
cendekiawan mulai melontarkan adanya reformasi. Adapun tuntutan-tuntutan yang
disampaikan oleh para demonstran pada saat itu antara lain:
a. Turunnya harga sembako (sembilan bahan pokok).
b. Penghapusan korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN).
c. Turunnya Soeharto dari kursi kepresldenan.
3.
Dampak jatuhnya pemerintahan orde baru
bagi Indonesia adalah berakhirnya
era Orde Baru selama 32 tahun, dan Indonesia memasuki sebuah era baru yang
kemudian dikenal sebagai Masa Reformasi, yang ditandai dengan pelantikan B. J.
Habibie sebagai presiden pengganti Soeharto.
B. Saran
1. Dengan
mempelajari sejarah bangsa kita sendiri, kita rakyat Indonesia khususnya
generasi muda, harus mampu meneruskan perjuangan pendahulu-pendahulu kita demi
menjaga kesatuan dan persatuan NKRI.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurakhman, dkk. 2015. Sejarah
Indonesia. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia.
Citasela, Elisya. 2011. “Kronologi Runtuhnya Orde Baru”. http://citasela.blogspot.co.id/2011/12/kronologi-runtuhnya-orde-baru.html (diakses pada 1 Maret 2017)
_________. 2015. “Kronologi Jatuhnya Pemerintahan Orde
Baru”. http://www.berpendidikan.com/2015/10/kronologi-jatuhnya-pemerintahan-orde-baru.html (diakses pada 1 Maret 2017)
_________. 2015. “Kronologis Jatuhnya Pemerintahan Orde
Baru”. http://www.katapengertian.com/2015/12/kronologis-jatuhnya-pemerintahan-orde.html (diakses pada 1 Maret 2017)